Tuesday 25 August 2009

Spasmophilia

Penyakit ini mungkin agak asing di telinga kita, namun ternyata cukup banyak penderitanya. Saya menulis ini bukan untuk sok tau, karena emang saya ga tau hehehe, tulisan ini hanya gambaran kasar tentang spasmophilia yang saya rangkum dari beberapa refernsi yang berhasil saya kumpulkan.

"Spasmophilia is condition in which the motor nerves show abnormal sensitivity to mechanical or electric stimulation, and the patien shows a tendency to spasm, tetany ang convultion" (Dorland's Illustrated medical dictionary 26th edition)

Sebenarnya spasmophilia tidak tepat dikatakan sebagai penyakit, tapi lebih tepat disebut kondisi tubuh. Kondisi ini diakibatkan oleh sensitivitas saraf motorik yang abnormal terhadap stimulan/rangsangan mekanik maupun elektrik. Sehingga dengan rangsangan yang ringan saja saraf akan bereaksi berlebihan.

Karakteristik 

Gejala klinik yang ditimbulkan bisa bervariasi, namun pada dasarnya sama yaitu akibat dari respon saraf yang berlebihan terhadap suatu rangsanggan. Gejala klinik bisa berupa nyeri otot (yang paling sering daerah rusuk), kram otot, tremor, kejang yang bisa bersifat lokal maupun umum. Namun yang membedakan dengan epilepsi adalah pada saat kejang, penderita dalam keadaan sadar, tidak seperti epilepsi. Penderita juga kadang mengeluhkan sulit untuk tidur (insomnia), mudah lelah, mudah terkejut, nyeri kepala hebat, gangguan intestinal (diare, kolik) dan bahkan alergi.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan memeriksa fungsi neurologis (chovstek dan Trousseau). Dapat juga ditemukan meningkat dan meluasnya reflek-reflek tendo.

Pemeriksaan Laborat darah ditemukan ketidak seimbangan elektrolit antara ion Kalium (K), Natrium (Na), Hidroksi (OH) dengan ion Calsium (Ca), Magnesium (Mg), Hidrogen(H). Sensitifitas saraf akan meningkat pada keadaan K, Na dan OH meningkat atau Ca, Mg dan H menurun.

Pemeriksaan EMG (electromyography) menyatakan positif. Pemeriksaan EEG (electroencephalography) menunjukkan normal, untuk membedakan dengan epilepsi.

Pendekatan terapi

Karena penyebab yang paling sering dari spasmophilia ini adalah keseimbangan elektrolit tubuh, maka biasanya diberikan suplemen Ca dan Mg dosis tinggi. Selain itu juga perlu diberikan vitamin B6 untuk memperbaiki fungsi dari saraf.
Namun, tentunya tidak hanya sampai disitu. Penyebab dari terjadinya ketidakseimbangan ion tersebut pun harus di cari.

Karakteristik gejala klinik spasmophilia serupa dengan gejala klinik akibat dari hyperventilasi. Sedangkan hyperventilasi sangat dekat dengan kondisi psikis penderita. oleh sebab itu, beberapa ahli meyakini kondisi psikis penderita harus menjadi perhatian juga. Stres yang dialami penderita dapat membuat dia dalam keadaan spsmophilia.

Hormonal juga mempengaruhi keseimbangan elektrolit, oleh sebab itu perlu untuk diperiksa apakah ada gangguan dalam hormonal kita.

Pada kasus yg saya alami, ternyata saya mengalami penurunan hormon testosteron. Setelah saya menjalani terapi testosteron, calsium darah saya naik menjadi normal dan kondisi fisik saya mengalami kemajuan yang sangat berarti.

Semoga membantu..

Monday 24 August 2009

Aku dan Spasmophilia - bag 2

Pengobatan dengan suplemen Ca dan Mg saja saya rasakan sangat kurang karena hanya mengurangi gejala namun tidak menyembuhkan. Seberapa banyak pun suplemen yang saya minum, kadar Ca darah saya tetap saja rendah. Saya berfikiran pasti ada masalah lain yang menyebabkan Ca selalu rendah. Mungkin saja salah satunya terdapat masalah di pencernaan.

Mencari literatur tentang spasmophili bukanlah hal yang mudah. Sangat jarang artikel atau jurnal yang membahas tentang penyakit yang satu ini. Kalaupun ada, kesimpulan akhirnya hanya sampai dengan Kurangnya Ca dalam darah, sehingga pengobatannya adalah dengan suplemen Ca. Sedangkan sebagian besar dokter yang saya tanya, tidak mengerti apa itu spasmophilia.

Sampai akhirnya sekitar 1 tahun yang lalu saya berdiskusi dengan dokter saya sejak kecil, dr. Ari F Ramba, beliau adalah dosen FK UNTAR. Beliau menyarankan untuk memeriksa hormon reproduksi yaitu Testosteron dan estrogen. Hal ini didasari dengan angka kejadian penurunan kadar Ca darah pada wanita yang menapouse.

Dokter Ari benar, Testosteron saya cukup jauh di bawah normal (saya lupa tepatnya berapa). Akhirnya saya mencoba pengobatan dengan andriol. Setelah 2 minggu Hasil lab darah saya menunjukkan kadar testosteron kembali normal dan Ca darah menjadi 9 mg/dl. Sebuah angka yang sangat menggembirakan.
Kondisi fisik saya pun membaik dengan cukup signifikan, Serangan hanya terjadi 2 minggu sekali, itupun durasinya menjadi pendek dan kualitasnya jauh berkurang. Saya tidak pernah lagi mengalami sakit kepala yang membuat saya harus berada di tempat tidur, saya juga tidak pernah mengalami penurunan tajam penglihatan apa lagi tunnel vision. Memang saya masih mengalami termor , diare ataupun nyeri otot, namun kualitas dan frekuensinya tidak separah dulu.

Saya meminum andriol hanya 1 minggu sekali, ini dikarenakan ketakutan saya akan efek samping suplai testosteron yang berlebihan bisa memicu terjadinya hiperplasi prostat. Bahkan saya sedang mencari makanan/minuman alami yang dapat meningkatkan kadar testosteron tanpa menggunakan suplemen hormon.

Belakangan ini saya sedang mencoba susu kedele. Karena dari beberapa sumber yang saya baca, susu kedele memiliki kandungan senyawa yang mirip dengan estrogen yang disebut fitoestrogen. Zat ini juga dapat merangsang peningkatan testosteron secara alami.
Memang saya belum menemukan penelitian yang mengatakan seperti itu, namun tidak ada salahnya dicoba.

Sehubungan dengan membaiknya kondisi tubuh saya, maka saya ingin memulai lagi kuliah saya yang tertunda. Saya akan melanjutkan koass saya di tempat baru di jakarta. Semoga ada universitas yang mau nerima ya hehehe... pengen jadi dokter nih..
Mohon doanya ya..

Tulisan ini bertujuan untuk berbagi pengalaman kepada sesama penderita spasmophilia yang mungkin masih terhenti sampai dengan pengobatan menggunakan suplemen calsium saja. Untuk lebih lengkap tentang apa itu spasmophilia, Silahkan membaca posting saya tentang Spasmophilia.

Friday 21 August 2009

Aku dan Spasmophilia - bag 1

11 tahun lebih sudah saya hidup dengan kondisi tubuh yang membingungkan. Di tahun-tahun awal dimulai dengan seringnya diare tanpa sebab. Sudah periksa lab untuk feses berulang kali, namun tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi maupun intoleransi. Diare terjadi sangat sering, seminggu bisa dua kali. Tentunya ini sangat mengganggu aktivitas kuliah maupun kegiatan saya yang lain. Saking seringnya beberapa sahabat saya jadi tau persis kebiasaan saya selalu membawa sabun kertas dalam dompet kemanapun saya pergi. Bahkan beberapa waktu lalu saya bertemu dengan teman lama, hal yang dia tanyakan pertama adalah "Masih sering mencret ?". hehehe..

Tahun ke empat mulai muncul gejala-gejala klinik yang mulai aneh. Seluruh otot tubuh saya sering mengalami nyeri tanpa sebab terutama daerah dada (sempet dikira jantung). Tangan mulai bergetar (tremor), sehingga sulit dalam melakukan pekerjaan yang memerlukan kemampuan motorik halus. Nyeri kepala (seperti menggunakan helm yang semakin lama semakin sempit) dengan durasi yang cukup panjang sehingga hanya bisa berbaring di tempat tidur.  Pandangan menjadi kabur (tidak jelas) bahkan lapang pandang menyempit hingga seperti melihat melalui sedotan besar (tunnel vision). Jika diperiksa saat serangan terdapat peningkatan dan perluasan reflek fisiologis. Durasi serangan bisa berjam-jam bahkan pernah sampai 3 hari. Kondisi ini benar-benar mengganggu kuliah saya. Saya sering kali tidak dapat menyelesaikan siklus koass di sebagian besar stase.

Tentu saja saya tidak tinggal diam, saya sudah periksakan kondisi ini ke dokter penyakit dalam dan beberapa dokter syaraf. Juga sudah menjalani pemeriksaan laboratorium. hasilnya kadar calsium (Ca) dan magnesium (Mg) di dalam darah saya menurun.
Saya juga menjalani pemeriksaan MRI kepala untuk melihat adakah kelainan dengan otak saya, ini berhubungan dengan sakit kepala dan reflek fisiologis yang meningkat dan meluas. Namun hasilnya dalam batas normal.
Pada pemeriksaan EEG pun normal, artinya saya tidak menderita epilepsi.
Ahirnya sebagian dokter menyatakan bahwa kondisi saya akibat kelelahan dan ada yang berkesimpulan saya neurosis (diakibatkan kondisi psikis).

Dari kesimpulan terakhir, saya memeriksakan diri ke psikiater (kali-kali aja emang gue lg stres). Namun psikiater menyimpulkan bahwa kondisi saya tidak terkait kuat dengan kondisi psikis saya saat itu. Dia menyarankan untuk kembali ke dokter syaraf untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Saya mulai merasa putus asa ketika sahabat saya yang juga seorang dokter mengambil kesimpulan bahwa penyakit saya adalah rekaan saya saja. Inilah titik terendah dari mental saya sehingga akhirnya "mengamini" pernyataan sahabat saya tadi.

Beberapa bulan kemudian ketika saya sedang koass di bagian saraf di RS Kariadi, saya mengeluhkan kondisi saya  kepada dr Dani,Sp.S (salah seorang dosen saya). Setelah beliau melakukan pemeriksaan Refleks Chovstek dan Trousseau, beliau berkata : " Wah kamu ngawur, sudah berapa lama kamu seperti ini, kok baru menghadap sekarang ? Ini spasmophilia Grade 3". Saat itu saya terbengong-bengong. "apaan tuh spasmophilia? baru denger ". Kemudian menyarankan untuk periksa ulang lab darah dan pemeriksaan EMG (electromiografi). Seperti hasil sebelumnya, kalsium darah saya memang rendah hanya 4 mg/dl (Normal sekitar 9 mg/dl). Sedang hasil EMG menyatakan positif spasmophili grade 4+. Ternyata kalsium yang rendah inilah yang menyebabkan anehnya kondisi tubuh saya.

Kemudian saya mulai menjalani pengobatan menggunakan suplemen calsium (sandoz forte). Kondisi saya mulai membaik. Membaik disini artinya frekuensi serangan berkurang dan durasi pun sedikit berkurang. Namun kualitas serangan tetap sama.
Hal yang aneh adalah setelah 1 bulan pengobatan, calsium darah saya tetap rendah. Setelah 2 bulan pengobatan pun tetap rendah. begitu juga setelah 3 bulan pengobatan. Kondisi yang tidak jelas ini akhirnya membuat saya mengundurkan diri dari perkuliahan saya.

Thursday 20 August 2009

Mengapa Saya Berhenti Merokok

Rokok memang pernah menjadi bagian dari hidup saya selama 8 tahun. Saya mulai merokok kelas 6 SD (gila ya..). Saat itu saya senang berkumpul dengan teman2 pedagang asongan di terminal. Disini saya belajar banyak sekali hal yang baik, namun tentu juga hal yang tidak baik, salah satunya merokok. Saya memang bukan perokok berat, cuma 1 bungkus sehari hehehe..

Selama saya merokok, saya sering kali melihat poster atau penyuluhan tentang bahaya rokok bagi kesehatan terutama paru-paru. Tapi ajaibnya saya cuek aja, seakan-akan itu tidak akan mungkin terjadi pada saya. Paling-paling yang ada dalam pikiran saya, kalo saya mulai sesak napas nanti, baru saya akan berhenti merokok supaya ga semakin parah. Saya yakin banyak teman-teman yang berfikiran seperti saya.

Sampai suatu saat saya melihat seorang pria umur 40 an sedang berbaring di ranjang rumah sakit. Penampakan fisiknya terlihat gagah dan sehat. Namun pada hidungnya terpasang selang, dan yang paling menarik perhatian saya di leher depannya keluar selang yang berhubungan dengan alat pernapasan. Sehingga walaupun keadaannya sadar, beliau tidak bisa makan atau minum secara normal. Keadaan ini membuat saya "gatel" ingin tau ada apa dengan orang ini (want to know.. aja..)

Ternyata beliau menderita kanker nasopharing.
Saya dijelaskan penjang lebar tentang penyakit yang satu ini oleh dokter. Yang jelas ini disebabkan oleh rokok. Racun yang berada di dalam rokok sangat bersifat karsinogenik (pemicu kanker) dan semakin diperburuk dengan suhu asap yang panas membuat efeknya menjadi berkali-kali lipat.

Saya tidak akan menjelaskan secara mendetail tentang penyakit ini karena ini memang bukan bidang saya. Saya hanya membantu teman-teman untuk sedikit memahaminya.

Kanker adalah sebuah keganasan sel tubuh. Sel akan berkembang sangat cepat, namun tidak dalam bentuk yang normal sehingga bersifat destruktif bagi tubuh. kanker pun dapat menyebar keseluruh tubuh dengan banyak cara.

Sebelumya kita perlu tau dimana sih letak nasopharing


Jika terjadi keganasan di situ, seperti apa sih penampakannya?



Jika semakin parah dan meluas, akan seperti di bawah ini



Dan jika sampai meluas sehingga mengganggu jalan pernapasan, maka dilakukan Tracheostomi atau melubangi leher bagian depan dan trachea sebagai jalan pintas pernapasan.



Kira- kira gambarannya seperti diatas, namun yang saya lihat jauh lebih parah karena beliau sampai tidak bisa makan/minum dan bicara.

Saya review sedikit.
Seorang pria umur 40 tahun (muda) dan tampak gagah, Namun harus makan/minum melalui selang dan bernapas melalui selang di leher. Tidak bisa makan atau minum (yang merupakan salah satu kenikmatan hidup) dan hanya terbaring di ranjang RS. Semua terjadi hanya karena kebiasaan merokok.

Jadi teman-teman.. kanker paru mungkin tidak terlihat, impotensi mungkin tidak terasa, tapi yang ini bener-bener akan merebut kebahagiaan kita di dunia. seharusnya umur 40 adalah masa-masa puncak prestasi, menikmati hasil kerja keras kita, mengajak anak dan istri jalan-jalan dan bersenang-senang. Namun yang terjadi, hanya bisa berbaring di ranjang RS dan merepotkan anak dan istri

be wise my friends..



Pictures :
www.hpb.gov.sg
www.laser-med.blogspot.com
www.tobaccofacts.info
www.virtualcancercentre.com
www.ispub.com