Friday 21 August 2009

Aku dan Spasmophilia - bag 1

11 tahun lebih sudah saya hidup dengan kondisi tubuh yang membingungkan. Di tahun-tahun awal dimulai dengan seringnya diare tanpa sebab. Sudah periksa lab untuk feses berulang kali, namun tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi maupun intoleransi. Diare terjadi sangat sering, seminggu bisa dua kali. Tentunya ini sangat mengganggu aktivitas kuliah maupun kegiatan saya yang lain. Saking seringnya beberapa sahabat saya jadi tau persis kebiasaan saya selalu membawa sabun kertas dalam dompet kemanapun saya pergi. Bahkan beberapa waktu lalu saya bertemu dengan teman lama, hal yang dia tanyakan pertama adalah "Masih sering mencret ?". hehehe..

Tahun ke empat mulai muncul gejala-gejala klinik yang mulai aneh. Seluruh otot tubuh saya sering mengalami nyeri tanpa sebab terutama daerah dada (sempet dikira jantung). Tangan mulai bergetar (tremor), sehingga sulit dalam melakukan pekerjaan yang memerlukan kemampuan motorik halus. Nyeri kepala (seperti menggunakan helm yang semakin lama semakin sempit) dengan durasi yang cukup panjang sehingga hanya bisa berbaring di tempat tidur.  Pandangan menjadi kabur (tidak jelas) bahkan lapang pandang menyempit hingga seperti melihat melalui sedotan besar (tunnel vision). Jika diperiksa saat serangan terdapat peningkatan dan perluasan reflek fisiologis. Durasi serangan bisa berjam-jam bahkan pernah sampai 3 hari. Kondisi ini benar-benar mengganggu kuliah saya. Saya sering kali tidak dapat menyelesaikan siklus koass di sebagian besar stase.

Tentu saja saya tidak tinggal diam, saya sudah periksakan kondisi ini ke dokter penyakit dalam dan beberapa dokter syaraf. Juga sudah menjalani pemeriksaan laboratorium. hasilnya kadar calsium (Ca) dan magnesium (Mg) di dalam darah saya menurun.
Saya juga menjalani pemeriksaan MRI kepala untuk melihat adakah kelainan dengan otak saya, ini berhubungan dengan sakit kepala dan reflek fisiologis yang meningkat dan meluas. Namun hasilnya dalam batas normal.
Pada pemeriksaan EEG pun normal, artinya saya tidak menderita epilepsi.
Ahirnya sebagian dokter menyatakan bahwa kondisi saya akibat kelelahan dan ada yang berkesimpulan saya neurosis (diakibatkan kondisi psikis).

Dari kesimpulan terakhir, saya memeriksakan diri ke psikiater (kali-kali aja emang gue lg stres). Namun psikiater menyimpulkan bahwa kondisi saya tidak terkait kuat dengan kondisi psikis saya saat itu. Dia menyarankan untuk kembali ke dokter syaraf untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Saya mulai merasa putus asa ketika sahabat saya yang juga seorang dokter mengambil kesimpulan bahwa penyakit saya adalah rekaan saya saja. Inilah titik terendah dari mental saya sehingga akhirnya "mengamini" pernyataan sahabat saya tadi.

Beberapa bulan kemudian ketika saya sedang koass di bagian saraf di RS Kariadi, saya mengeluhkan kondisi saya  kepada dr Dani,Sp.S (salah seorang dosen saya). Setelah beliau melakukan pemeriksaan Refleks Chovstek dan Trousseau, beliau berkata : " Wah kamu ngawur, sudah berapa lama kamu seperti ini, kok baru menghadap sekarang ? Ini spasmophilia Grade 3". Saat itu saya terbengong-bengong. "apaan tuh spasmophilia? baru denger ". Kemudian menyarankan untuk periksa ulang lab darah dan pemeriksaan EMG (electromiografi). Seperti hasil sebelumnya, kalsium darah saya memang rendah hanya 4 mg/dl (Normal sekitar 9 mg/dl). Sedang hasil EMG menyatakan positif spasmophili grade 4+. Ternyata kalsium yang rendah inilah yang menyebabkan anehnya kondisi tubuh saya.

Kemudian saya mulai menjalani pengobatan menggunakan suplemen calsium (sandoz forte). Kondisi saya mulai membaik. Membaik disini artinya frekuensi serangan berkurang dan durasi pun sedikit berkurang. Namun kualitas serangan tetap sama.
Hal yang aneh adalah setelah 1 bulan pengobatan, calsium darah saya tetap rendah. Setelah 2 bulan pengobatan pun tetap rendah. begitu juga setelah 3 bulan pengobatan. Kondisi yang tidak jelas ini akhirnya membuat saya mengundurkan diri dari perkuliahan saya.

No comments:

Post a Comment