Saturday 9 April 2011

Dunia dalam senyumanku

Jadi ingat satu minggu yang lalu saat menjemput istri pulang kerja. Hujan deras membuat jalan-jalan di jakarta menjadi neraka bagi penggunanya. Pada cuaca cerah saja jalan - jalan kesulitan menampung debit kendaraan apalagi saat hujan. Ruas yang menyempit karena banjir menambah usut wajah kota.

Seakan tersihir, mood saya pun mendadak terjun bebas. Dan sudah dipastikan bukan saya saja yang mengalaminya. Hampir setiap orang yang saya lihat sepanjang jalan menunjukkan wajah murungnya. Tidak satupun senyuman saya temukan. Klakson barsahutan diiringi wajah garang pengendaranya. Pedagang asongan berteduh dengan tatapan mata kosong seakan sedang berada di dunia lain. Aparat pun memilih menyingkir dari jalan karena memang kemacetan sangat sulit terurai. Sore yang sangat kacau. menambah beban hidup warganya. Beban hidup ?

Ya, sepertinya saya terlalu berlebihan menggunakan istilah itu. Harusnya suasana sore ini hanya menjadi sebuah "tantangan" bukan "beban". Setidaknya begitulah yang selalu didendangkan para motivator dalam setiap pentasnya. Tapi sampai detik ini saya tetap tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Mungkin karena saya terlalu lemot hehehe..

Beberapa hari kemudian saya menghadapi situasi yang sama. Sore yang rame karena jam pulang kantor. dihiasi hujan deras dan banjir di mana-mana. Tapi kali ini saya sedikit berbeda. Saya memutuskan untuk tidak terbawa suasana. Saya memaksakan diri untuk tersenyum. Ya, memaksakan diri. Karena memang sulit untuk tersenyum dalam keadaan seperti ini. AJAIB, kali ini saya melihat banyak sekali wajah ceria dan senyuman. Mulai dari pengendara, pedagang asongan, peminta-minta sampai aparat terlihat tersenyum dan sesekali bercanda dengan orang di dekatnya. Kemana saja mereka beberapa hari yang lalu ? Memang masih terlihat wajah murung, tapi hanya segelintir saja. Klakson tetap bersahutan, tapi ditelinga terasa berbeda. Ada yang aneh dengan dunia, atau justru saya yang mulai aneh.

Mungkin para motivator yang lebih ahli dan mampu untuk menjelaskan fenomena ini. Tapi saya ga peduli. Saya tidak mau terjebak dalam pembahasan hal-hal yang tidak jelas seperti ini. Yang penting saya mulai menikmati fenomena ini. Sekarang senyum menjadi senjata saya dalam menghadapi masalah apapun. Walau dipaksa, ternyata tetap berkhasiat besar. Karena dunia akan berubah saat saya tersenyum.

pict : clipartof.com

No comments:

Post a Comment