Thursday, 7 May 2015

Sudah Sertifikasi Halal Belum ?



Lelah dan lapar. Rasa yang selalu muncul setelah dua jam renang non stop. Karena perut sudah protes keras akhirnya saya memutuskan untuk mampir ke sebuah rumah makan. Sebenarnya nih rumah makan bukan tempat favorit, tapi karena ga ada pilihan ya sudah langsung pesan aja.

Di depan saya duduk satu keluarga. Bapak, ibu dan kedua anaknya. Mereka berbicara dengan bahasa yang tidak saya kenal, sepertinya bahasa mandarin (sok tau hehehe). Saat mereka memesan makanan, sang ibu bertanya kepada pramu saji, "Mas.. Restoran ini sudah dapat sertifikasi HALAL dari MUI ?".  Bagai tersambar petir di siang bolong. Boro-boro menanyakan sertifikat halal, memikirkannya saja saya tidak pernah. Selama ini saya beranggapan bahwa restoran di Indonesia pasti halal, kecuali ditulis tidak halal pada menunya. "Hmm.. keluarga ini pastilah keluarga muslim yang sangat taat".

Tibalah waktunya makan, sang bapak memimpin doa sebelum makan.
Untuk kedua kalinya saya tersambar petir. Dari cara berdoanya ternyata menunjukkan bahwa keluarga ini bukanlah keluarga muslim. Nah loh, kok bisa keluarga non muslim bertanya tentang sertifikat halal ? Tanda tanya tidak hanya muncul di benak saya tapi semakin lama semakin membesar sehingga mengganggu konsentrasi makan saya. Akhirnya rasa malu bertanya tergeser oleh jiwa kepo yang lebih besar. Saya memutuskan untuk bertanya kepada sang bapak.

Sang ayah menjelaskan bahwa HALAL menurut aturan di dalam islam sangatlah komplit. Tidak hanya mengatur tentang jenis hewan namun juga mengatur tentang bagaimana cara perlakuan terhadap hewan yang akan disembelih. Mulai dari cara berternaknya, makanan ternaknya, berdoa sebelum menyembelih, menggunakan alat potong yang sangat tajam dan memastikan tidak menggunakan bumbu tambahan yang mengandung hewan haram saat memasaknya. Keluarga mereka kebetulan juga tidak nge-fans sama babi. Nah menurut mereka cara yang mudah untuk tau semua hal tadi ya tanyakan saja sertifikat halal nya.

Penjelasan yang membuat saya melongo. Jika halal atau tidak adalah isue yang sangat penting bagi non muslim, bagaimana dengan kita yang muslim ? Jadi pengen belajar lebih banyak lagi mengenai keutamaan dan manfaat halal.



gambar : halalmui.org

Wednesday, 29 August 2012

Bertaruh nyawa

"Mempertaruhkan Nyawa". Kata yang powerful. Kata yang sering digunakan untuk menggambarkan begitu gagah beraninya seseorang dalam memperjuangkan sesuatu yang diyakininya. Sering disematkan kepada para pejuang kemerdekaan dan pejuang kebenaran. Bahkan juga disematkan kepada pejuang keluarga yang gigih mencari nafkah bagi keluarganya.

Tidak hanya gagah, namun juga terdengar indah.

Namun tadi siang saya bertemu dengan seseorang yang "juga" mempertaruhkan nyawanya. Namun kali ini dia mempertaruhkan nyawanya untuk "detik waktu".
Beberapa pengendara sepeda motor tampak tidak mau menunggu lampu merah. Dengan gagahnya mereka menerobos lampu merah. Akibatnya salah satu motor tertabrak mobil yang melaju cukup kencang dari arah kanannya. Sangat ironis karena beberapa detik kemudian lampu lalu lintas kami berubah menjadi hijau. Jika saja dia mau menunggu beberapa detik, mungkin dia masih hidup.

Pertanyaannya, apakah dia sedang terburu-buru karena urusan hidup mati seseorang ? Faktanya para penerobos lampu merah tidak sedang terburu-buru. Mereka hanya tidak sabar menunggu. Dan lucunya ini sudah menjadi prilaku buruk banyak orang di jalanan.

Apakah anda termasuk diantaranya ?

Hari ulang tahun RI atau hari kemerdekaan RI ?

17 agustus kemaren melihat spanduk besar di jalan. Sponsornya tentu saja salah satu partai yang ingin terlihat eksis. Bukan cuma ABG yang pengen eksis. Tapi bukan sponsornya yang menarik perhatian gue. Tapi tulisan yang berwarna merah cerah dan menggunakan huruf kapital semua. Bunyinya " HUT RI KE 67 ".

Trus apa yang salah ?

Memang ga ada yang salah dengan tulisan itu, tapi kenapa saya jadi merasa miris. Apalagi jika dihubungkan dengan rasa nasionalis yang sudah sangat luntur di negara ini. Saya pribadi menganggap kata HUT itu sama sekali tidak spesial. mungkin karena dibesarkan dari keluarga yang juga tidak menganggap ulang tahun sebagai suatu yang spesial. Bagaimana ga, ulang tahun sendiri aja sering pada lupa.

Tapi masalahnya apa kalo tulisannya HUT RI ?

Sekali lagi ga ada yang salah. Hanya ada yang lebih baik. Indonesia menjadi sebuah negara karena merebutnya dari penjajah. Ya.. Pejuang "MEREBUT KEMERDEKAAN'  dari tanggan penjajah. Sebuah hasil yang sangat besar dan membanggakan bagi kita. Jadi mengapa kita tidak menggunakan kata 

"HARI KEMERDEKAAN RI"

Terdengar gagah dan membanggakan. Saya yakin hal yang sepele ini dapat meningkatkan rasa bangga bagi yang membacanya. Karena bangga merupakan awal dari terbentuknya rasa nasionalis. Saya rasa...

Dirgahayu Indonesiaku..

Thursday, 8 December 2011

Mimpi itu lagi

Terbangun tengah malam
Peluh membasahi kaos bututku
Mengucur tanpa ampun di dinginnya malam
Lelah walau tak berlari
Lemah walau tak bekerja

Ya, mimpi itu lagi..

Mimpi yang sudah lama tak mengunjungiku
Mimpi yang bertahun-tahun lalu selalu hadir di setiap tidurku
Mengganggu kegelapan kelopak mataku
Menghantui di setiap istirahatku
Mimpi tak berbentuk
Tak ada aktor maupun sutradara
Tak ada penyelamat layaknya film india

Ya, mimpi itu lagi..

Mimpi yang hanya berisikan tawa hinaan
Bibir yang mencibir hingga terlihat gigi busuknya
Pandangan sinis dan sipit seakan sedang memandang sesuatu yang menjijikkan

Semua ditujukan kepada ku
Kepada hati dan akal sehatku
Kepada ego dan harga diriku

Mencengkram mataku dan dipaksa untuk melihat kegagalan terbesarku

Secara ganas menebas habis semangatku
Merobek lembar demi lembar harapanku
Menggiring jiwaku masuk ke dalam kotak yang sangat kecil kemudian dilempar ke dalam sumur yang tak berdasar

Sehingga seakan mustahil aku untuk berdiri tegap, apa lagi untuk berlari

Mengapa mimpi ini mengunjungiku lagi ?
Di saat aku sedang menjemput asa
Di saat aku sedang berusaha mendekap impian

Ya Allah, lindungilah hambamu ini dari fikiran buruk ku
Simpankanlah mimpi buruk itu di dalam kuasamu, sehingga tidak kembali mengunjungiku
Limpahkanlah hambamu ini dengan cahaya harapan
Sehingga dapat membimbingku ke arah yang engkau ridhoi

Ya Allah
Izinkan hambamu ini memberikan yang terbaik untuk orang tua ku
Menjadi kebanggaan bagi Istri dan anakku
Bermanfaat bagi orang di sekitarku

Karena hanya dengan inilah mimpi itu menjauh dari hidupku


Saturday, 30 April 2011

Status facebook dan karakter seseorang

Facebook bukan kata yang aneh lagi di telinga kita. Tiap ketemu orang baru, pertanyaan pertama adalah nomor telephone yang kedua adalah account facebook. Sebagian perusahaan bahkan menjadikan account facebook sebagai salah satu acuan dalam menerima calon karyawannya.

Benarkah karakter seseorang bisa dilihat dari account facebooknya ?

Saya ga tau jawabannya. Tapi setelah saya amati (maklum kurang kerjaan), tiap orang memiliki ciri khas dalam memanfaatkan account facebook nya. Antara lain
  1. Ada yang selalu menulis hal-hal yang informatif di dalam statusnya. Sehingga accountnya terlihat sebagai sebuah account berita
  2. Ada yang selalu menuliskan keluhannya terhadap keadaan sekitarnya. Keluhan terhadap teman kantor, tetangga, kerjaan, hujan, panas, sampai tukang mie ayam pun dia keluhkan.
  3. Ada yang selalu menuliskan kegembiraannya. Sampe-sampe kalimat "What a wonderfull day" dan kalimat sejenis ditulisnya berulang-ulang.
  4. Ada yang selalu menunjukkan bahwa dia adalah orang alim. dengan kalimat-kalimat dakwahnya, serta menuliskan petikan kitab suci nya.
  5. Ada yang selalu menuliskan kalimat-kalimat motivasi.Mungkin dia ingin semua temannya termotivasi untuk maju seperti dirinya
  6. Ada yang selalu menuliskan kegiatan dari buka mata, sampe tutup mata. "Baru bangun nih", "mandi dulu ah", "berangkat kantor", "bis penuh banget, mana macet lagi", "sampe kantor","meeting", 'ke wc", dan seterusnya. Khusus yang tipe ini biasanya langsung saya hidden hehehe..
  7. Ada yang selalu meng-upload foto dirinya sesaat sebelum berangkat kantor. dengan latar belakang yang sama, yaitu lemari pakaian di kamarnya.
  8. Ada juga yang selalu mempromosikan dagangannya. Maklum pengikut MLM.
  9. Ada juga yang unik. Kadang dia menunjukkan kesederhanaannya, kadang terdengar kompleks. Kadang menunjukkan kebejatannya, tapi tidak jarang menunjukkan kealimannya. Kadang menunjukkan bahwa dia menikmati hidup, tapi sering juga dia mengeluh.

Pertanyaannya sekarang, Tipe yang manakah anda ?

pict : facebook.com

Saturday, 9 April 2011

Perokok = Orang egois ?


"Ternyata perokok itu orang-orang yang egois ya..."
Weits.. Saya cukup merasa terpojokkan dengan pernyataan itu. Walaupun saya sekarang tidak merokok, tapi dulu saya termasuk perokok cukup berat. Jadi masih terasa tersindir. Yang mengagetkan pernyataan itu keluar dari seorang sahabat yang juga seorang perokok. Jadi dengan terpaksa saya harus mendengarkan argumennya. Karena saya pikir jika pernyataan tersebut keluar dari mulut seorang perokok, maka argumennya pasti lebih objektif.


Mudah saja cara dia menjelaskan argumennya. Saya diajak melihat seseorang yang sedang merokok di sebuah tempat makan. Yang saya harus perhatikan bukanlah si perokok, tapi orang-orang disekitarnya. Jelas sekali terlihat bahwa orang-orang disekitarnya menunjukkan wajah terganggu. Namun tidak ada satupun dari mereka yang berani menegurnya. Entah tidak berani, atau males membuat masalah.Yang jelas si perokok tenang-tenang saja mengumbar asapnya kemana-mana.


Kemudian saya diajak membayangkan jika si perokok tadi berada di ruang tertutup seperti bis, angkot atau tempat makan yang tertutup. Lebih parah lagi jika ruangan itu ber ac. Jelas orang disekitarnya akan lebih terganggu. Namun sekali lagi. mereka hanya menunjukkan wajah terganggu tapi tidak menegurnya.


Belum puas menyampaikan argumennya, dia menunjukkan fakta bahwa banyak sekali orang tua yang merokok di rumahnya. Anak dan istri terpaksa menghisap asap selama bertahun-tahun tanpa berani protes. Lebih lucunya lagi saat si anak mencoba-coba untuk merokok, sang ayah marah besar.


Ternyata dia masih ingin menyampaikan argumennya. dan saya yakin masih belasan bahkan mungkin puluhan alasan yang mendukung pernyataan dia tadi. Tapi saya cegah. Karena selain dia mulai berbicara seperti penceramah, juga karena cacing di perut sudah mulai demo minta makan.


Dua situasi tadi sudah menjelaskan kepada saya, sah-sah saja jika seorang perokok dianggap orang yang egois. Saya yakin bukan karena sifat dasar si perokok, tapi lebih karena ketidaktahuan. Buktinya saya yang sudah lama merokok, baru menyadari hal itu.

Lalu bagaimana cara menjadi perokok yang tidak egois ? Menurut saya jawabannya sangat sederhana.  
  1. Merokoklah di ruang terbuka, jauh dari orang lain yang bukan perokok.
  2. Jagalah keluarga anda dengan tidak merokok di rumah atau di dekat mereka.
  3. Tegurlah setiap orang yang merokok di dekat keluarga anda.
Ayo menjadi perokok yang tidak merugikan orang lain.

pict : mynews.in

    Dunia dalam senyumanku

    Jadi ingat satu minggu yang lalu saat menjemput istri pulang kerja. Hujan deras membuat jalan-jalan di jakarta menjadi neraka bagi penggunanya. Pada cuaca cerah saja jalan - jalan kesulitan menampung debit kendaraan apalagi saat hujan. Ruas yang menyempit karena banjir menambah usut wajah kota.

    Seakan tersihir, mood saya pun mendadak terjun bebas. Dan sudah dipastikan bukan saya saja yang mengalaminya. Hampir setiap orang yang saya lihat sepanjang jalan menunjukkan wajah murungnya. Tidak satupun senyuman saya temukan. Klakson barsahutan diiringi wajah garang pengendaranya. Pedagang asongan berteduh dengan tatapan mata kosong seakan sedang berada di dunia lain. Aparat pun memilih menyingkir dari jalan karena memang kemacetan sangat sulit terurai. Sore yang sangat kacau. menambah beban hidup warganya. Beban hidup ?

    Ya, sepertinya saya terlalu berlebihan menggunakan istilah itu. Harusnya suasana sore ini hanya menjadi sebuah "tantangan" bukan "beban". Setidaknya begitulah yang selalu didendangkan para motivator dalam setiap pentasnya. Tapi sampai detik ini saya tetap tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Mungkin karena saya terlalu lemot hehehe..

    Beberapa hari kemudian saya menghadapi situasi yang sama. Sore yang rame karena jam pulang kantor. dihiasi hujan deras dan banjir di mana-mana. Tapi kali ini saya sedikit berbeda. Saya memutuskan untuk tidak terbawa suasana. Saya memaksakan diri untuk tersenyum. Ya, memaksakan diri. Karena memang sulit untuk tersenyum dalam keadaan seperti ini. AJAIB, kali ini saya melihat banyak sekali wajah ceria dan senyuman. Mulai dari pengendara, pedagang asongan, peminta-minta sampai aparat terlihat tersenyum dan sesekali bercanda dengan orang di dekatnya. Kemana saja mereka beberapa hari yang lalu ? Memang masih terlihat wajah murung, tapi hanya segelintir saja. Klakson tetap bersahutan, tapi ditelinga terasa berbeda. Ada yang aneh dengan dunia, atau justru saya yang mulai aneh.

    Mungkin para motivator yang lebih ahli dan mampu untuk menjelaskan fenomena ini. Tapi saya ga peduli. Saya tidak mau terjebak dalam pembahasan hal-hal yang tidak jelas seperti ini. Yang penting saya mulai menikmati fenomena ini. Sekarang senyum menjadi senjata saya dalam menghadapi masalah apapun. Walau dipaksa, ternyata tetap berkhasiat besar. Karena dunia akan berubah saat saya tersenyum.

    pict : clipartof.com

    Friday, 8 April 2011

    Mutasi motor dari tangerang ke jakarta barat

    Ga nyadar ternyata sudah waktunya perpanjang STNK motor. Namun ternyata ada masalah, saat ini saya sudah menjadi warga jakarta barat, sehingga KTP sudah ganti dari KTP Tangerang jadi KTP Jakarta Barat. Inilah letak masalahnya, perpanjang STNK harus menggunakan KTP yang alamatnya sama dengan STNK. Mau ga mau harus melakukan mutasi.

    Tanggal 28 maret (senin) mulai perjalanan dengan mengunjungi Samsat serpong. Tempat yang saya nilai sangat teratur dan jelas teknis perpanjangan STNK nya. Kali ini untuk mutasi, saya kembali mencoba untuk tidak menggunakan calo. Sampai di samsat saya langsung mengutarakan ingin mutasi motor. Lalu diberikan formulir mutasi dan di suruh melakukan pemeriksaan fisik motor. Oya sebelumnya jangan lupa siapkan KTP, STNK, dan BPKB asli beserta fotocopinya.

    Lokasi pemeriksaan fisik ada di belakang gedung samsat. Bawa motor ke tempatnya, trus langsung menuju loket pemeriksaan fisik, diberikan formulir dan diserahkan ke petugas periksa. Setelah itu kembali ke loket tadi. Cukup cepat, tidak sampai 10 menit sudah dipanggil dan membayar Rp 25.000,- (tanpa kwitansi).
    Kembali ke gedung samsat, kali ini langsung ke loket mutasi. Serahkan berkas - berkas tadi dan tunggu. Kali ini cukup lama, 40 menit kemudian baru dipanggil dan membayar Rp 75.000,-. Diberikan tanda terima dan fc STNK yang dilegalisir sebagai pengganti STNK sementara.Disuruh kembali 3 hari lagi (kamis).

    Hari kamis pagi kembali ke loket mutasi, serahkan tanda terima. 5 menit kemudian dipanggil dan mendapat berkas-berkas lengkap yang nanti diserahkan ke samsat Jakarta Barat. Ternyata masih ada satu langkah lagi di serpong. Serahkan berkas tadi ke loket fiskal untuk membayar fiskal antar daerah. Biaya fiskal Rp 35.000,-. Kita mendapat satu berkas lagi yaitu lembar fiskal.
    Pengurusan di serpong saya nilai sederhana dan tidak rumit. Terima kasih samsat serpong.

    Besoknya (jumat) saya datangi Samsat Jakbar di Jl. Daan Mogot. Langsung ke loket pemeriksaan fisik untuk melegalisir hasil pemeriksaan fisik di serpong. Tidak perlu membawa motor karena tidak melakukan pemeriksaan fisik ulang. Ga sampe 10 menit dipanggil dan membayar Rp 30.000,-. Satelah itu fotocopy lembar fiskal, permohonan mutasi dan berkas pemeriksaan fisik yang sudah dilegalisir.
    Langsung ke lantai 4, minta formulir mutasi, diisi lalu kembalikan bersama semua berkas (kec KTP dan BPKB asli) ke loket. Bayar Rp 60.000,-. Lalu saya mendapat tanda terima dan disuruh kembali hari senin.

    Senin pagi datang jam 8.30. Bertepatan dengan jam buka pelayanan Samsat. Langsung ke lantai 4 dan menyerahkan tanda terima. Dengan santainya bapak yang di loket tadi mengembalikan tanda terima saya dan mengatakan masih lama karena harus mencari berkasnya di ribuan berkas lainnya. RIBUAN ?. Alasan yang saya anggap mengada-ngada, karena menurut saya samsat jakbar tinggal membuat berkas baru bukan mencari berkas lama seperti di serpong. Lebih aneh lagi dia bisa menuliskan no polisi yang baru di kertas tanda terima saya. Apakah dia minta disuap supaya pengurusan lebih cepat ? Hmm.. mungkin saja. Tapi saya sudah bertekat untuk tidak melakukan itu. Karena jika saya adalah aparat pemerintah, saya akan sangat terhina jika ada seseorang yang menyuap saya.

    1 jam 15 menit saya menunggu, tapi saya tidak melihat dia melakukan pencarian berkas yang katanya ribuan tadi. Oya, saat itu orang yang sedang mengurus mutasi hanya saya, sehingga loket mutasi tidak sedang sibuk. Akhirnya kesabaran saya habis, saya mendatangi petugas loket yang disebelahnya, seorang ibu. Lalu dia mengecek tanda terima saya. Dengan wajah ragu dan melirik ke bapak tadi dia menjawab masih 30 menit lagi. Kemudian saya duduk. Namun 5 menit kemudian ibu tadi memanggil saya dan menyerahkan slip pembayaran pajak. Wuih, bener-bener sialan tuh bapak. Ternyata berkasnya sudah ada di meja itu dari tadi.
    Setelah itu saya ke loket pembayaran pajak dan membayar Rp 265.000,-. slip tadi saya serahkan ke loket pengambilan STNK. STNK langsung di tangan. Berkas-berkas saya sudah ada di meja mereka dari pagi. Buktinya saat bayar pajak, berkas saya sudah di loket pajak dan STNK baru pun sudah siap di ambil di loket pengambilan STNK. Bener-bener pelayanan yang buruk dari oknum samsat.

    Setelah STNK di tangan, tinggal mengambil plat nomor. Letak loketnya di belakang kantor samsat. Seperti STNK tadi, ternyata plat nomor saya sudah siap untuk diambil. bayar Rp 5000,-.

    Selesailah urusan mutasi STNK. Sistemnya tidak rumit malah bisa dikatakan sederhana. Terimakasih Samsat yang sudah membuat sistem yang baik sehingga pengurusan menjadi mudah. Namun perlu diawasi lagi oknum-oknum yang bisa merusak citra samsat.

    Catatan biaya :
    Samsat Tangerang
    - Pemeriksaan fisik  Rp 25.000,-
    - Pengurusan mutasi Rp 75.000,-
    - Fiskal antar daerah Rp 35.000,-
    Samsat Jakbar
    - Legalisir pemeriksaan fisik Rp 30.000,-
    - Pengurusan mutasi Rp 60.000,-
    - Pajak kendaraan (mio) Rp 265.000,-
    - Plat nomor Rp 5.000,-
    TOTAL Biaya : Rp 495.000,-


    pict : www.clipartof.com

    Saturday, 20 November 2010

    Transformasi celana dalam menjadi sebuah identitas

     "Don't judge a book by its cover"

    Kita pasti sering kali mendengar kalimat tersebut, yang maknanya janganlah menilai seseorang dari pakaian atau penampilannya saja. Karena penampilan tidak menggambarkan kepribadian orang tersebut.




    Namun, saya pernah mengalami pengalaman yang unik.

    Suatu saat saya dan istri jalan-jalan di sebuah pertokoan di kawasan Blok M. Niatnya mau ngajak istri nonton biar dibilang sayang istri hehe.. Ternyata banyak sekali ABG berkeliaran di situ. Mereka bergerombol membentuk kelompok-kelompok. Ada yang menggunakan jaket yang sama, warna baju yang sama atau asesoris pakaian yang sama. Seakan-akan mereka berlomba-lomba untuk menunjukkan jati diri masing-masing.

    Dari sekian banyak kelompok ABG, kami tertarik dengan salah satu kelompok laki-laki ABG yang tidak menggunakan atribut yang sama seperti hal nya kelompok lain. Yang sama dari mereka adalah jenis celana jeans yang mereka kenakan. Tampak seperti kebesaran/kedodoran. Sehingga celana tersebut tidak menggantung di pinggang, tapi di pinggul. Bahkan ada yang tampat menggantung di pantat. mungkin saking kebesarannya hahaha..Ya.. anda tidak perlu melihat kembali kalimat di awal tadi, saya jelaskan sekali lagi bahwa ini kelompok ABG LAKI-LAKI. Sebagai orang yang tidak mengamati perkembangan dunia per-ABG-an, tentu saja saya dan istri terbengong-bengong atau lebih tepatnya terkagum-kagum dengan mereka.

    Ternyata ga sampe di situ aja. Ketika kami naik eskalator, kebetulan rombongan itu berada tepat didepan kami. Di sini lah saya baru tahu kalo identitas kelompok mereka bukan pada celana jean yang kedodoran. tapi pada celana dalamnya. Mereka menggunakan celana dalam yang sama baik motif maupun warna. Celana jeans yang kedodoran dimaksudkan supaya orang bisa melihat identitas mereka tersebut, yaitu celana dalam yang seragam. Spontan saja membuat saya dan istri cekikikan ga berhenti-henti. Bahkan sampai di rumah pun kami masih tersenyum-senyum sendiri kalo mengingat kejadian itu.

    Mungkin harus dirubah kata pembukaan diatas. "Jangan menilai seseorang dari pakaian luarnya saja, tapi nilailah dari celana dalam yang dikenakannya " Hahaha....


    Picture : kompas.com

    Monday, 10 May 2010

    Arti kata sircus buat saya

    Sebelumnya kata sircus bukanlah sebuah kata yang istimewa dalam hidup saya. Jika ada acara sircus di TV, maka dia akan menjadi pilihan terakhir untuk di tonton jika channel lain hanya berisi sinetron atau acara reality show yang ga bermutu. Menurut saya tontonan sircus hanya identik dengan orang-orang yang unjuk ketrampilan dan hewan-hewan yang unjuk kepatuhan. Tidak lebih.

    Beberapa hari yang lalu istri mengajak menonton Sircus Moscow di sumarecon serpong. Kebetulan dapet tiket discount dari kantornya (tetep cari yang murah hehe..) Masih saja apatis dan tidak berharap akan menonton sesuatu yang spektakuler karena standard penampilan sircus rata-rata hampir sama. Perasaan apatis masih saja bergelayut di hati, apalagi begitu melihat tempat parkir yang penuh dan antrian masuk tenda yang cukup panjang. Hhh.. ribet dah..

    Begitu acara mulai, saat itulah mata saya berasa dibuka lebar. Melihat sircus secara langsung dengan melihat di tv memiliki sensasi yang sangat jauh berbeda. Saya jadi ikut merasakan ketegangan yang mereka rasakan, sangat kagum dengan penampilan yang luar biasa. Mulai dari keahlian seorang anak kecil dalam menekuk-nekuk tubuhnya, pasangan yang tampil cantik dan berani di dua buah tali dengan ketinggian lebih dari 10 meter, seorang wanita yang mampu memainkan hula hoop di hampir setiap lekuk tubuhnya, sampai sebuah tim yang melakukan akrobat di udara sebagai sajian penutup. Yang jelas membuat saya terkagum-kagum dan terpana selama acara berlangsung.

    Ternyata kekaguman saya tidak hanya sebatas di pintu keluar tenda sircus. Sampai saat ini saya masih berfikir, bagaimana mungkin ada orang yang mampu mendorong kemampuannya sendiri hingga melampaui batas kemampuan manusia normal. Sangat Naif jika saya mengatakan itu hanya karena bakat. Pasti lebih dari itu. Hanya kerja keras dan kemauan ingin maju yang kuat lah yang mampu membentuk keahlian itu. Saya membayangkan mereka pasti menemui kegagalan berulang kali saat mencoba mengembangkan trik pertunjukan mereka. Cidera merupakan makanan wajib bagi mereka. Kekuatan tekat dan tidak mudah mengeluh pasti menjadi bahan bakar mereka.

    Sekarang saya mulai menemui sang cermin,sahabat yang sudah lama banget sayalupakan. Ternyata saya melihat banyak sekali lobang di dalam diri saya. Kegagalan yang mereka temui pastilah jauh lebih banyak dari yang gue temui. Tapi kenapa keluhan saya justru yang paling banyak. Sering sekali kerikil kecil yang menyakiti kaki menjadi alasan untuk berhenti melangkah. Ketika menemui batu yang lebih besar sedikit akan menjelma menjadi alasan kuat yang membuat saya melangkah mundur. Bener-bener ga tau diri nih saya.

    Saat ini saya bertekat, akan menjadi pemain sirkus bagi diri sendiri. Kalo mereka mampu mendorong kemampuan dirinya hingga melebihi batas normal, kenapa saya tidak. Kata sircus akan menjadi kata pemicu bagi saya, kata yang berarti kerja keras, pantang mengeluh dan kejayaan.